Geger, Marak Mobil Bekas Nol Kilometer di Cina, Modus Tipuan Data Penjualan

News Harryt Dagu
Kamis, 05 Juni 2025 11:56:37
AFP-Istimewa

Skandal mobil listrik Cina terbongkar praktik penjualan gelap di balik angka penjualan yang fantastis

OtoHub.co - Kekaisaran industri otomotif Cina kini sedang diguncang skandal serius yang membongkar praktik penjualan gelap di balik angka-angka penjualan yang fantastis.

Ribuan unit mobil baru, yang sejatinya masih kinyis-kinyis alias gres dengan nol kilometer di odometer, tiba-tiba muncul di pasar mobil bekas. 

Ini bukan karena pemiliknya bosan, melainkan sebuah tipuan data yang dirancang untuk mengakali target dan subsidi penjualan. 

Kejadian ini tak hanya merusak citra, tapi juga membuat Chairman Great Wall Motor (GWM), Wei Jianjun berang.

Ia terang-terangan menyebut pasar otomotif Cina saat ini sudah tidak sehat.

Wei Jianjun menjadi suara paling lantang yang menyoroti praktik mobil bekas nol kilometer ini. 

Menurutnya, hal ini secara langsung mendistorsi data penjualan resmi, menyesatkan konsumen yang haus informasi akurat, dan yang paling berbahaya, merusak stabilitas pasar dalam jangka panjang. 

Bayangkan, mobil yang belum pernah mengaspal di jalanan, terdaftar resmi sebagai kendaraan baru namun kemudian dilempar kembali ke pasar sebagai mobil bekas dengan harga miring. Ini jelas praktik yang mencederai integritas. Ketahuan nakal?

Baca Juga:

Peta Kekaisaran Mobil Cina, Siapa Rajanya dan Kenapa Dunia Mulai Gelisah?

Penuhi Target Penjualan 

Lantas, bagaimana fenomena mobil bekas nol kilometer ini bisa terjadi? 

Menurut laporan dari Carnewschina, biang keroknya adalah praktik akal-akalan oleh para dealer atau pihak ketiga. 

Mereka mendaftarkan mobil-mobil baru ini secara resmi terlebih dahulu. Apa tujuannya?

Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi target penjualan pabrik yang seringkali sangat ambisius. 

Setelah terdaftar, mobil-mobil ini otomatis mengurangi beban stok di pabrik dan dealer (wholesales). 

Dengan kelebihan kapasitas produksi yang mencapai 3,5 juta unit secara nasional per April 2025, strategi 'buang stok' ini menjadi pilihan yang masif.

Tak hanya itu, praktik ini juga digunakan untuk mengejar subsidi pemerintah. 

Cina, terutama di sektor New Energy Vehicle (NEV), sangat gencar memberikan insentif. 

Siasat mendaftarkan mobil-mobil listrik anyar, dealer bisa mengklaim subsidi yang tersedia, meski mobilnya belum benar-benar sampai ke tangan konsumen akhir.

Alhasil, ini juga menjadi trik untuk memenuhi syarat ekspor, sehingga seolah-olah volume pengiriman mobil ke luar negeri tinggi. 

Perang harga yang ketat antar merek dan ketergantungan pada subsidi inilah yang telah menciptakan strategi penjualan yang tidak transparan.

Wah, jangan-jangan mobil listrik yang tak diserap di pasar mobil Cina dibuang ke Indonesia? Waduh.

Baca Juga:

Harga Mobil Listrik Bekas Nyungsep Tak Terbendung, Kenapa Bisa Begitu? Ini Kata Pedagang

Iming-iming Harga Miring

Bagi konsumen, tawaran mobil bekas nol kilometer dengan diskon hingga 30% dari harga barunya memang menggiurkan. 

Contoh paling mencolok adalah BYD Qin L di Cina yang harga bekasnya bisa 40% lebih rendah dari model baru. 

Hal ini menciptakan efek domino, menekan merek lain, dan membentuk ekspektasi harga yang tidak realistis di pasar.

Namun, di balik harga miring itu, ada banyak risiko yang mengintai. Yang paling utama adalah garansi pabrikan. 

Garansi sudah dimulai sejak mobil diregistrasi pertama kali, bukan saat mobil itu dibeli oleh konsumen akhir. 

Jadi, meskipun mobilnya 'baru', masa garansinya bisa jadi sudah berkurang atau bahkan akan segera habis. 

Selain itu, ada kekhawatiran terkait status kepemilikan. Beberapa unit mungkin masih dalam tanggungan cicilan atau memiliki status hukum yang kurang jelas, berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari bagi pembeli.

Baca Juga:

Mobil Listrik Sunyi, Tapi Resikonya Nyaring, Garda Oto Siap Bongkar Tarif Premi Asuransi EV

Pemerintah Cina Turun Tangan

Skandal ini memicu reaksi cepat pemerintah Cina. Kementerian Perdagangan langsung mengambil langkah serius. 

Pada 27 Mei 2025 lalu, mereka panggill rapat darurat kepada sejumlah pemain besar di industri, termasuk BYD, Dongfeng, dan platform penjualan mobil bekas ternama, Guazi. 

Tujuan rapat darurat ini jelas. Yakni membahas pengawasan ketat terhadap penjualan mobil bekas dan meningkatkan transparansi laporan penjualan.

Langkah ini menjadi upaya pemerintah Cina, yang serius ingin membersihkan citra industri otomotif mereka, dan memastikan praktik bisnis yang lebih sehat dan adil.

Konsumen, baik di dalam negeri maupun di pasar global, tentu menanti hasil konkrit dari intervensi Pemerintah Cina. 

Skandal 'mobil baru jadi bekas' ini jadi pengingat penting bahwa dibalik angka penjualan yang gemilang, integritas dan kejujuran adalah hal fundamental yang tak bisa ditawar.

Bagikan

Baca Artikel Asli