OtoHub.co - Industri kendaraan listrik nasional tengah menghadapi fase kritis. Ketidakpastian kebijakan fiskal membuat pasar kendaraan listrik, khususnya motor listrik, mengalami stagnasi serius.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Periklindo (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia), Moeldoko. Ia menegaskan dunia usaha kini berada dalam situasi yang tidak nyaman.
Yakni akibat ketidakjelasan soal kelanjutan insentif kendaraan listrik. Kondisi ini membuat dealer motor listrik 'sakit perut' lantaran sepi orderan.
"Dunia usaha saat ini mengalami situasi yang nggak nyaman. Ada stagnan market, pasar berhenti. Karena apa? Karena konsumen menunggu kebijakan itu," kata Moeldoko dalam sesi doorstop di pembukaan pameran PEVS 2025 di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Menurut Moeldoko, pembeli motor listrik menahan diri untuk bertransaksi karena menunggu kepastian bentuk insentif yang diberikan pemerintah.
Seperti subsidi langsung motor listrik sebesar Rp 7,5 juta dan konversi motor listrik Rp 10 juta yang sebelumnya digulirkan.
Saat ini, wacana pengalihan insentif menjadi pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pun berhembus, namun tanpa kepastian jelas.
"Kami berharap ada subsidi tetap dalam bentuk seperti kemarin, direct ya, direct Rp 7,5 juta dan Rp 10 juta untuk konversi. Tapi kalau pemerintah menganggap ada kebijakan baru yang lebih bagus, ya kita terima," ucap Moeldoko.
Ia kembali menegaskan, yang terpenting segera ada kepastian. "Dunia usaha menunggu (kepastian) itu," imbuhnya.
Saat ini, Periklindo sendiri mengaku belum diajak berdiskusi oleh pemerintah terkait arah baru kebijakan fiskal ini.
"Kita belum diajak bicara oleh pemerintah. Kita tunggu, karena ini masih dibicarakan di internal pemerintah," imbuh Moeldoko.
Baca Juga:
Subsidi Motor Listrik Rp 7 Juta Masih Lanjut, Tapi Kapan Cairnya? Ini Bocorannya
Ribuan Motor Listrik Nganggur di Gudang
Seperti diketahui, ribuan motor listrik kini justru menumpuk di gudang para produsen. Lantaran tak kunjung terjual. Penyebabnya, masyarakat memilih menunda pembelian.
Hal ini terjadi karena kucuran subsidi motor listrik dihentikan sementara. Alhasil konsumen menanti kepastian dari pemerintah soal keberlanjutan subsidi motor listrik.
Ketua Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) Budi Setiyadi mengungkapkan bahwa tren menunda pembelian membuat stok motor listrik semakin menumpuk.
"Cukup banyak lah intinya, karena masyarakat pada stop buying untuk menunggu insentif subsidi," kata Budi, dalam sebuah wawancara dengan media di Jakarta (3/2/2025).
Dikatakan oleh Budi, masyarakat masih sangat bergantung pada subsidi dalam membeli motor listrik. Turunnya daya beli juga semakin memperparah kondisi pasar.
"Kalau kita lihat sekarang ini kan juga daya beli masyarakat lagi menurun juga kan. Tapi mungkin sebagai penyebab utama adalah masyarakat sekarang stop buying,"
"Karena memang menunggu dari keputusan pemerintah mencakup masalah subsidi ini atau kemudian insentif," imbuh Budi.
Kuota subsidi pembelian motor listrik senilai Rp 7 juta per unit telah habis di tahun lalu. Sehingga banyak calon pembeli memilih bersabar sampai ada kejelasan dari pemerintah.
Padahal, industri motor listrik di Indonesia sedang bertumbuh pesat, tetapi tanpa insentif, minat pasar justru melorot.
Menyoal masalah ini, Pemerintah telah menggelar rapat koordinasi dengan AISMOLI untuk membahas kelanjutan insentif pembelian motor listrik.
Namun, keputusan final belum bisa diambil karena masih menunggu revisi Perpres Nomor 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan APBN 2025 sanggup mengucurkan dana untuk kelanjutan subsidi motor listrik.
"Subsidi (Rp 7 juta untuk pembelian motor listrik) harusnya masih tetap," jelas Airlangga di Kemenko Perekonomian (7/2/2025).
Ia menegaskan, APBN 2025 sudah disetujui termasuk didalamnya subsidi motor listrik.
"Memungkinkan (APBN dan kondisi fiskal), karena jumlahnya (subsidi motor listrik) sudah disetujui semua. Jadi, program tidak terganggu," lanjut Menko Airlangga.