OtoHub.co - Di tengah ramainya pergunjingan mobil listrik BYD Atto 1, banyak orang bertanya-tanya dan membandingkan, lebih hemat mana antara mobil listrik dan mobil bensin?
Untuk menjawabnya, OtoHub melakukan simulasi hitungan Total Cost of Ownership (TCO) antara BYD Atto 1 dengan Honda Brio Satya E, LCGC (Low Cost Green Car) hatchback bensin terlaris dikelasnya.
Sebagai catatan harga BYD Atto 1 dipilih tipe Dynamic yang dibanderol Rp 195 juta, sementara Brio Satya tipe E CVT dilabeli Rp 198 juta.
Nah sebelum lanjut, sebaiknya seduh kopi dan siapkan camilan, sebab bakal panjang alurnya nih. Yuks kita mulai berhitung.
Konsumsi Energi BYD Atto 1
Secara konsumsi energi, BYD Atto 1 varian Dynamic dibekali baterai 30,08 kWh. Dengan efisiensi rata-rata, mobil ini memerlukan sekitar 10 kWh listrik untuk menempuh 100 km, atau asumsi jarak tempuh harian (1 hari) terjauh dari rumah ke kantor PP (Pulang-Pergi).
Sementara itu, Honda Brio Satya E punya rasio konsumsi bahan bakar sekitar 1:18 km per liter, artinya untuk jarak 100 km butuh kurang lebih 5,55 liter bensin.
Dengan asumsi tarif listrik SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) Rp 2.466 per kWh, ongkos energi BYD Atto 1 dan Honda Brio Satya E sudah terlihat berbeda jauh.
Kalau BYD Atto 1 rata-rata mengkonsumsi listrik sekitar 10 kWh untuk menempuh 100 km. Jadi, jika mobil diisi penuh di SPKLU dengan tarif tersebut, biaya perjalanan 100 km hanya sekitar 10 kWh x Rp 2.466 = Rp 24.660 per hari.

BYD Atto 1 sebagai mobil listrik termurah BYD Indonesia
Perlu dicatat, di SPKLU bisa ada tambahan biaya jika menggunakan layanan fast charging atau ultrafast charging, sehingga angka ini bisa sedikit lebih tinggi.
Sementara itu, jika mengisi daya di rumah, tarif listrik justru lebih murah. Berkisar antara Rp 1.400 hingga Rp 1.700 per kWh, yang otomatis membuat biaya per 100 km jadi lebih hemat lagi, sekitar Rp 14.000 - Rp 17.000 per hari.
Baca Juga:
Harga Mobil Listrik Turun, BYD Atto 1 Jadi Biang Kerok, Konsumen Menang Banyak
Setahun, asumsi jarak tempuh 36.500 km (100 km x 365 hari).
Maka energi yang dibutuhkan menjadi 3.650 kWh per tahun (10 kWh x 365). Jika seluruh pengisian dilakukan di SPKLU, biayanya 3.650 kWh x Rp 2.466 = Rp 9.000.900 per tahun.
Nah kalau ditotal 5 tahun pemakaian, dengan asumsi pola pakai dan tarif konstan, maka angka itu menjadi Rp 45.004.500.
Saat pengisian dilakukan di rumah, biayanya lebih murah, 3.650 kWh x Rp 1.400 = Rp 5.110.000 per tahun hingga 3.650 kWh x Rp 1.700 = Rp 6.205.000 per tahun.
Ditarik ke lima tahun, maka biayanya berkisar Rp 25.550.000 sampai dengan Rp 31.025.000.
Konsumsi Energi Honda Brio Satya E
Bandingkan dengan Honda Brio Satya E, yang untuk jarak sama menghabiskan sekitar 5,55 liter bensin (konsumsi 1:18 km/liter).
Dengan harga BBM Rp 10.000 per liter (Pertalite), biaya perjalanan 100 km jadi 5,55 x Rp 10.000 = Rp 55.500 per hari.
Setahun asumsi jarak tempuh 36.500 km, kebutuhan BBM menjadi 2.025,75 liter (36.500 : 18). Dikalikan harga bensin Rp 10.000 per liter, maka biaya energi setahun adalah Rp 20.257.500.

Honda Brio Satya
Dalam lima tahun, bila pola pakai dan harga BBM tetap sama, totalnya menjadi Rp 101.287.500.
Dengan kerangka hitung yang sama, selisih ongkos energi tahunan antara BYD Atto 1 vs Honda Brio Satya E berada di kisaran Rp 11,26 juta per tahun (Rp 20,26 juta dikurangi Rp 9,00 juta).
Baca Juga:
Harga Mobil Listrik BYD Atto 1 Lawan Serius Wuling Air EV, Dijual Rp 190 Jutaan di GIIAS 2025
Kalau mayoritas charging dilakukan di rumah, gap-nya makin lebar. Selisihnya menjadi sekitar Rp 14,05 - Rp 15,15 juta per tahun dibanding Brio Satya.
Angka-angka inilah yang kemudian disimpulkan menjadi keunggulan TCO Atto 1 di rentang usia pakai 5 tahun. Itu belum bicara pajak, servis, dan depresiasi.
Biaya Pajak Tahunan & Perawatan
Untuk mobil listrik seperti BYD Atto 1, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dikenakan tarif 0% alias bebas pajak.
Itulah sebabnya pajak tahunan Atto 1 hanya sekitar Rp 150 ribu per tahun, yang bisa dibilang hanya SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan). Selama 5 tahun, total pajaknya hanya Rp 750 ribu.
Bandingkan dengan PKB Honda Brio Satya E yang berada di kisaran Rp 3 jutaan. Sehingga dalam 5 tahun pemiliknya harus merogoh sekitar Rp 15 juta untuk pajak.
Dari sisi servis, Atto 1 juga unggul irit karena tidak memerlukan penggantian oli mesin, filter oli, busi, atau komponen mekanis kompleks lainnya.
Biaya servis rutinnya hanya sekitar Rp 500 ribu per tahun untuk pengecekan sistem kelistrikan dan komponen dasar, atau Rp 2,5 juta dalam lima tahun.
Sebaliknya, Brio memerlukan perawatan berkala yang mencakup oli, filter, tune-up, dan part fast moving dan slow moving lainnya, sehingga biayanya bisa mencapai Rp 2 jutaan per tahun atau Rp 10 juta selama lima tahun.
Hasil Akhir Hemat Hampir Rp 100 Juta dalam 5 Tahun
Jika semua komponen dihitung, total biaya kepemilikan Atto 1 dalam lima tahun sekitar Rp 134,6 juta. Sedagkan Honda Brio Satya, menyentuh Rp 233,9 juta.
Artinya, selisih mencapai Rp 99,3 juta. Angka yang signifikan, terutama bagi mereka yang mengutamakan efisiensi jangka panjang.
Tabel simulasi TCO BYD Atto 1 vs Honda Brio Satya (5 Tahun):
Komponen Biaya | BYD Atto 1 (EV) | Honda Brio Satya E (Bensin) | Catatan Perhitungan |
Harga OTR | Rp 195.000.000 | Rp 198.000.000 | Harga beli awal |
Konsumsi Energi per 100 km | 10 kWh | 5,55 liter BBM | Efisiensi: Atto 1 = 1:10 km/kWh, Brio = 1:18 km/l |
Tarif Energi | SPKLU: Rp 2.466/kWh Rumah: Rp 1.4001.700/kWh | Rp 10.000/liter (Pertalite) | Tarif SPKLU sesuai rata-rata nasional |
Biaya Energi per 100 km | SPKLU: Rp 24.660 Rumah: Rp 14.000Rp 17.000 | Rp 55.500 | Perhitungan langsung dari konsumsi tarif |
Biaya Energi per Tahun (36.500 km) | SPKLU: Rp 9.000.900 Rumah: Rp 5.110.000 Rp 6.205.000 | Rp 20.257.500 | 36.500 km efisiensi tarif |
Biaya Energi 5 Tahun | SPKLU: Rp 45.004.500 Rumah: Rp 25.550.000 Rp 31.025.000 | Rp 101.287.500 | Asumsi tarif dan pola pakai tetap |
Pajak Kendaraan Tahunan | Rp 150.000 | Rp 3.000.000 | Atto 1 bebas PKB, hanya SWDKLLJ |
Total Pajak 5 Tahun | Rp 750.000 | Rp 15.000.000 | - |
Servis Tahunan | Rp 500.000 | Rp 2.000.000 | EV tidak butuh oli mesin, filter BBM, busi, dll |
Total Servis 5 Tahun | Rp 2.500.000 | Rp 10.000.000 | - |
Total TCO 5 Tahun | Rp 134.604.500 (SPKLU) Rp 115.804.500 Rp 121.279.500 (Rumah) | Rp 233.900.000 | TCO = Harga OTR + Energi 5 th + Pajak 5 th + Servis 5 th |
Selisih TCO 5 Tahun | Hemat Rp 99.295.500 (SPKLU) Hemat Rp 112,6 118,1 juta (Rumah) | - | Potensi hemat lebih besar jika charging di rumah |