News Harryt DaguHarryt Dagu Jumat, 01 Agustus 2025 08:00:00

Perang Harga Mobil, Berkah Buat Konsumen Tapi Musibah Industri Otomotif

Perang Harga Mobil, Berkah Buat Konsumen Tapi Musibah Industri Otomotif
GIIAS 2025

Perang harga mobil listrik di GIIAS 2025

OtoHub.co - Perang harga mobil tengah berkecamuk. Imbasnya harga mobil makin terjangkau. Konsumen senang, pasar ramai diskon, dan merek-merek baru bermunculan membawa embel-embel "value for money".

Tapi euforia ini menyimpan bom waktu. Di balik banjir potongan harga, industri otomotif nasional justru sedang gelisah.

Inilah yang menjadi sorotan utama dalam Dialog Industri Otomotif Nasional bertajuk Perang Harga vs Pembangunan Industri: Siapa Untung, Siapa Tertinggal?" yang digelar oleh Indonesia Center for Mobility Studies (ICMS) di GIIAS 2025, ICE BSD, Tangerang (31/7/2025).

Gelaran ini mengumpulkan perwakilan pabrikan otomotif, asosiasi, pengamat, hingga jurnalis otomotif untuk membahas fenomena persaingan harga yang dinilai makin tidak sehat.

Menurut Munawar Chalil, Ketua Umum ICMS, tren banting harga memang terlihat menarik di permukaan. Tapi jika ditarik ke masa depan, dampaknya bisa destruktif.

"Perang harga mungkin terlihat menguntungkan dalam jangka pendek, namun perlu dikaji lebih jauh dampaknya terhadap industri dalam jangka panjang,"

"Upaya kami adalah untuk mencari solusi agar semua dapat menjalankan bisnis secara adil dan berkesinambungan," ujar Chalil membuka diskusi.

Baca Juga:

Harga Mobil Listrik BYD Atto 1 Lawan Serius Wuling Air EV, Dijual Rp 190 Jutaan di GIIAS 2025

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Masuknya merek-merek baru, terutama dari Tiongkok, seringkali disertai harga super agresif. Namun minim komitmen investasi jangka panjang.

Tak sedikit pabrikan mobil China yang masuk Indonesia, hanya membangun jaringan penjualan, tanpa menyentuh aspek produksi atau manufaktur lokal.

Kukuh Kumara, Sekretaris Umum GAIKINDO, menyebut melempemnya penjualan mobil yang stagnan dibawah 1 juta unit per tahun, dinilai sebagai akumulasi masalah yang sudah berlangsung lama.

"Kondisi industri otomotif stagnan sejak 13 tahun yang lalu dan mengalami penurunan penjualan dalam 3 tahun terakhir. Hal ini memicu terjadinya persaingan harga yang semakin sengit. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan terus berlangsung," tegas Kukuh.

ICMS

Dialog Industri Otomotif Nasional bertajuk Perang Harga vs Pembangunan Industri

Persaingan harga yang brutal, selain menggerus margin keuntungan pabrikan yang sudah berinvestasi di Indonesia, juga berisiko memukul rantai pasok lokal dan mengancam keberlanjutan lapangan kerja.

Padahal, seperti yang diungkap ICMS, ada lebih dari 1,5 juta tenaga kerja yang hidupnya bergantung langsung maupun tidak langsung pada industri ini.

Pabrikan-pabrikan mapan seperti Toyota dan Suzuki ikut menyoroti pentingnya keberpihakan pada industri lokal.

Dalam dialog ini, hadir Resha Kusuma Atmaja, GM Marketing & Planning PT Toyota Astra Motor, dan Shodiq Wicaksono, Managing Director PT Suzuki Indomobil Motor, yang menekankan bahwa keberlanjutan tidak cukup hanya bicara penjualan.

Namun juga harus menyasar pada transfer teknologi, manufaktur, dan kolaborasi dalam negeri.

Sorotan juga diarahkan pada peran pemerintah. Banyak pihak berharap ada langkah afirmatif seperti yang pernah dilakukan pada masa pandemi, misalnya insentif PPN atau diskon pajak untuk merangsang pembelian.

Tapi kebijakan semacam itu harus hati-hati agar tak menjadi beban industri dan tetap mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Media massa pun tak luput dari bahasan. Jannes M. Pasaribu, selaku pengamat otomotif, dan James Luhulima, selaku jurnalis senior otomotif, mengingatkan bahwa media tidak cukup hanya bicara angka diskon dan model baru.

"Media harus ikut mencerdaskan publik. Kita tidak bisa hanya bicara angka penjualan dan diskon, tapi juga masa depan industri dan penciptaan lapangan kerja," bilang Jannes.

Melalui forum ini, ICMS mendorong lahirnya strategi yang lebih holistik. Bukan sekadar siapa yang bisa jual lebih murah, tapi siapa yang mampu membangun pondasi industri lebih kuat.

Mencakup produksi lokal, penguatan vendor dalam negeri, hingga inovasi teknologi.

Karena pada akhirnya, jika semua hanya mengejar harga termurah tanpa peduli investasi, maka konsumen memang menang sekarang, tapi industri otomotif bisa terseok-seok.

Related Article

Related Category