News Harryt DaguHarryt Dagu Jumat, 16 Mei 2025 07:30:00

Investigasi di Balik Terbakarnya BYD Seal di Palmerah, Apakah Blade Battery Benar-Benar Aman?

Investigasi di Balik Terbakarnya BYD Seal di Palmerah, Apakah Blade Battery Benar-Benar Aman?
Dok. Damkar

BYD Seal terbakar di garasi rumah warga kawasan Palmerah, Jakarta Barat (14/5/2025)

OtoHub.co - Klaim keamanan absolut pada teknologi Blade Battery milik BYD diuji kenyataannya setelah satu unit mobil listrik BYD Seal terbakar di garasi rumah warga kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa dini hari (14/5/2025)


Sedan listrik premium asal Tiongkok tersebut, hangus terbakar di garasi pemiliknya meski tidak dalam kondisi aktif selama 3 hari diparkir.


Penyebab awal diduga akibat korsleting listrik pada sistem baterai. Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak BYD Indonesia, dugaan ini cukup mengejutkan, terutama karena mobil ini dibekali Blade Battery.


Yaitu teknologi baterai yang selama ini disebut sebagai baterai dengan keamanan absolut untuk kendaraan listrik.


Mengungkap Kontradiksi di Balik Blade Battery


Blade Battery bukan baterai biasa. Dalam berbagai kampanye global, BYD memposisikannya sebagai baterai paling aman di dunia.


Mereka menyebut teknologi ini sudah tahan terhadap tusukan paku, dilindas truk, dipanggang dalam oven 300 derajat, dan tetap tidak terbakar.


Bahkan saat diuji dalam uji ekstrem thermal runaway, skenario terburuk pada baterai. Blade Battery diklaim hanya mengeluarkan suhu maksimal 60C dan tidak pernah meledak.


Baca Juga:

Penjualan BYD Melejit, Kuasai Separuh Pasar Mobil Listrik Indonesia

Namun insiden Palmerah memunculkan satu pertanyaan besar. Kenapa bisa mobil listrik BYD Seal terbakar justru saat tidak digunakan?


Syarifudin, Kasi Operasional Damkar Jakarta Barat, mengungkap bahwa BYD Seal sudah diparkir selama tiga hari sebelum tiba-tiba mengeluarkan asap, lalu disusul ledakan kecil.


"Diduga karena fenomena listrik pada baterai mobil listrik," katanya kepada rekan-rekan media yang telah mengkonfirmasi (15/5/2025).


Artinya, sekalipun tanpa aktivitas fisik, diduga ada potensi panas atau arus liar yang tak terdeteksi oleh sistem pengaman internal mobil.


Hal ini memunculkan keraguan serius, apakah sistem manajemen baterai BYD cukup andal untuk memutus risiko sebelum terjadi kebakaran?


Harryt Dagu

Blade Battery BYD


Bukan Kasus Pertama


Menariknya, ini bukan pertama kalinya produsen mobil listrik harus menghadapi kenyataan berbeda dari laboratorium.


Tahun lalu, beberapa unit Tesla Model S dilaporkan terbakar secara spontan saat sedang diparkir.


Di Tiongkok sendiri, sejumlah kendaraan EV dari merek lokal juga pernah mengalami kasus serupa, termasuk model yang menggunakan baterai LFP (Lithium Ferro Phosphate).


Hal ini mengindikasikan bahwa material baterai yang lebih stabil saja tidak cukup.


Kombinasi antara pengisian daya berlebihan, software manajemen baterai yang tidak optimal, hingga fluktuasi suhu lingkungan bisa jadi pemicu gangguan tak terduga.


Perlu Regulasi Standar Keamanan


Di Indonesia, regulasi terkait inspeksi berkala atau pelatihan teknis khusus mobil listrik masih dalam tahap awal.


Belum ada sistem audit baterai pasca pembelian, atau instrumen resmi bagi pemilik untuk mengecek kondisi baterai secara independen.


Kondisi ini membuat sebagian besar konsumen hanya mengandalkan klaim produsen.


Baca Juga:

BYD Buka 18 Ribu Lowongan Kerja, Punya Skill Ini Langsung Diterima

Sangat disayangkan, insiden terbakarnya BYD Seal terjadi di tengah gencarnya ekspansi BYD ke pasar Indonesia.


Bahkan BYD juga menjanjikan akan membangun pabrik di Indonesia, menjadikan negara ini sebagai basis produksi regional.


Kebakaran BYD Seal bisa menjadi preseden buruk jika tidak ditangani secara transparan.


Apalagi BYD menjadikan keamanan sebagai nilai jual utama, berbeda dengan banyak pemain lain yang lebih menonjolkan performa atau harga.

Related Article

Related Category