OtoHub.co - Tak banyak orang di industri otomotif Indonesia yang bisa mengklaim sudah memegang lebih dari 16 merek kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tapi Dhani Yahya adalah pengecualian.
Sosok yang kini menjabat sebagai Chief Operating Officer BAIC Indonesia ini punya rekam jejak panjang dan prestisius di balik kemudi bisnis otomotif selama lebih dari dua dekade.
Karier Dhani dimulai sejak tahun 2001 di Mercedes-Benz Indonesia.
Ia menjabat berbagai posisi strategis di Daimler Chrysler, termasuk di bagian Lead Development, Sales Trainer, hingga Product Strategy.
Salah satu tonggak penting dalam kariernya adalah saat dipercaya menjadi Head of Smart Fortwo, mobil mungil khas Eropa yang sempat mencuri perhatian publik otomotif global.
Setelah 13 tahun mengabdi di Mercedes-Benz, Dhani melanjutkan langkahnya ke Piaggio, Garansindo, lalu menangani berbagai brand global, seperti Jeep dan Ducati.
Tak berhenti di sana, ia juga pernah memegang kendali di Bentley, Maserati, hingga Rolls Royce.
Kini, pria asal Garut ini menjadi nahkoda operasional BAIC Indonesia, merek otomotif asal Tiongkok yang sedang membangun pondasi di pasar Tanah Air.
"Kalau ditotal, saya sudah 24 tahun di industri otomotif. Apa pun yang punya roda dan mesin, saya bisa jual," kata Dhani, sambil tertawa saat diwawancara Otohub.co, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
BAIC Tantang SUV Premium, Hadirkan Fitur Mewah dengan Harga di Bawah Rp 1 Miliar
Semangatnya tak pernah redup meski industri otomotif terus bertransformasi. Menurut Dhani, potensi Indonesia masih sangat besar.
Ia menyebut, motorization rate Indonesia masih rendah, hanya sekitar 100 mobil per 1.000 penduduk. Bandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang sudah di angka 200 sampai 300.
"Artinya kalau kita bisa naik ke 200, market bisa 2 juta unit per tahun. Kalau 300, bisa 3 juta. Kuenya besar banget," ujarnya menganalisa.
Tapi kunci untuk mendobrak stagnasi satu juta unit per tahun itu, kata Dhani, ada di tangan Pemerintah.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah dan Gaikindo yang sudah mulai menjalin dialog intensif dengan para pemangku kepentingan, termasuk akademisi.
Dhani juga menyoroti pentingnya insentif fiskal dan struktur pajak yang mendorong percepatan industri, bukan membebani.
"Semakin banyak mobil terjual, semakin banyak tenaga kerja terserap. Efeknya ke perekonomian juga luas," terang pria ramah ini.
Ia juga mendorong agar masyarakat mulai beralih dari kendaraan operasional berusia di atas 20 tahun ke kendaraan baru yang lebih efisien dan terjangkau.
Menurutnya, jika biaya maintenance kendaraan lama sudah tidak masuk akal, mencicil mobil baru bisa jadi solusi yang lebih realistis.

Dhani sempat masuk seleksi SEA Games Taekwondo di tahun 1994-1995
Mantan Atlet Taekwondo
Di luar dunia kerja, Dhani ternyata punya sisi yang tak kalah menarik.
Meski kini sibuk di kantor, ia masih menjaga gaya hidup aktif. Ia juga dikenal sebagai mantan atlet Taekwondo.
Selain itu, ia rajin nge-gym. Ia bahkan sempat masuk seleksi SEA Games Taekwondo di tahun 1994-1995 dan dipanggil ke Pelatnas.
"Baru-baru ini mulai ikut race lari 10K, targetnya marathon," kata Dhani.
Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung ini lahir tahun 1977 di Garut. Meski saat ini berkiprah di Jakarta, identitas sebagai putra daerah tak luntur.
Dengan nada bercanda namun serius, ia mengungkap harapan yang mungkin suatu hari terwujud.
"Siapa tahu setelah pensiun, saya bisa melamar jadi Bupati Garut," katanya, disambut tawa. Aamin...